Saya ali sati nasution
ingin berbagi informasi tentang silsilah turunan nasution beserta pusaka
peninggalan yang masih ada dari raja nasution gunung baringin panyabungan timur
mandailing natal sumatera utara.
Sebelum saya ingin
menjelaskan tentang seluruh informasi keturunan raja nasution yang berada di
gunung baringin panyabungan timur kabupaten mandailing natal sumatera
utara,lebih baik nya saya memperkenal kan diri.
Saya merupakan keturunan
asli dari raja gunung baringin panyabungan timur mandailing natal sumatera
utara dengan gelar SUTAN BUNGSU dari keturunan raja gunung baringin kecamatan
panyabungan timur kabupaten mandailing natal sumatera utara.
NASUTION TAPORAN
SIBAROAR atau NASUTION TURUNAN SIBAROAR, dapat dilihat susunan nya di bawah ini
dengan jelas dan terperinci tetapi saya akan menceritakan sedikit tentang raja
sibaroar terdahulu, bila ingin mengetahui silsilah marga nasution gunung
baringin panyabungan timur dapat berbagi dengan saya melalui email atau blog
yang telah saya buat ini.
Willem Iskandar, Penyair dan Pujangga besar
keturunan Bagas Godang Kerajaan Pidoli tentang Sibaroar Nasakti nenek moyang
Marga Nasution. Sejak dari zaman penjajahan Belanda buku ini telah dipakai
sebagai buku bacaan Sekolah Dasar, tetapi pada masa akhir dari penjajahan
pemerintah Hindia Belanda melarang peredaran buku tersebut dikarenakan isinya
menanamkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme kepada para murid-muridnya di
sekolah “Kweek Scool” di Tano Bato Kecamatan Panyabungan Selatan, Mandailing
Natal.
Dalam buku “Sibulus-Bulus Sirumbuk-Rumbuk” tersebut Willem Iskandar bercerita bahwa jauh sebelum berdiri Istana Mangaraja Enda Nasution di Panyabungan Julu tatkala daerah Panyabungan masih hutan belantara, telah berdiri Istana Sutan Pulungan di Huta Bargot (Keturunan ke-V dari Namora Pande Bosi). Pada suatu hari pergilah Sutan Pulungan bersama doli-doli undangan podang (hulubalang) berburu rusa ke tengah hutan dengan membawa anjing kesayangannya si Pamutung. Setibanya di hutan belantara terdengarlah suara anjing si Pamutung menyalak yang menandakan dia menemukan sesuatu. Pada saat itu terpikirlah dalam benak Sutan Pulungan akan mendapatkan rusa yang besar. Ternyata setelah Sutan Pulungan mengikuti suara anjing tersebut ke arah pohon beringin yang rindang lagi besar, ternyata bukannya seekor rusa yang dia dapatkan, tetapi adalah seorang wanita cantik. Sejenak Sutan Pulungan tertegun wanita tersebut bergegas lari dari bawah pohon beringin itu dan seketika itu juga wanita tersebut menghilang dari pandangan mata. Kemudian Sutan Pulungan memerintahkan doli-doli undangan podang t memeriksa sekeliling pohon beringin itu. Alangkah terperanjatnya mereka, dibawah pohon rindang terbaring seorang bayi laki-laki mungil dan cantik di atas batu besar. Mereka ahkirnya pulang dan membawa anak tersebut dan dititipkan kepada seorang perempuan tua bernama si Saua, pembantu Sang Raja. Apabila si Saua pergi ke sawah atau ke tepian, maka si Saua meletakkannya di kamar kecil di kolong rumah Istana Sutan Pulungan, berdekatan dengan kandang anjing kesayangan raja si Pamutung.Kolong rumah dalam bahasa Mandailing kuno disebut dengan “baroar” Maka bayi kecil mungil tadi, karena tempatnya di bawah kolong, lama kelamaan dinamai oranglah si “Baroar”
Setelah anak tersebut berumur kurang lebih 4 (empat) tahun badannyapun tumbuh dan bekembang dan tampan, sebagaimana anak-anak lainnya. Bahkan anehnya, mirip pula dengan putra Sutan Pulungan yang berkebetulan sebaya dengannya. Tubuhnya yang gempal, wajahnya yang tampan serta penampilannya yang ramah dan sopan sehingga rakyat kerajaan Huta Bargot sering terkecoh. Orang banyak mengira Sibaroar adalah putera dari Sutan Pulungan, dan banyak pula yang menegurnya dengan panggilan hormat “Janami” (Yang Mulia). Mendengar panggilan tersebut Sutan Pulungan merasa tidak enak, seakan-akan Sibaroar yang didapat di hutan belantara itu adalah anak kandungnya. Hingga suatu saat, karena sering mendapat laporan dari para hulubalangnya tentang kebaikan hati dan penghormatan rakyat akan Sibaoar, terbitlah niat yang tidak baik Sutan Pulungan untuk melenyapkan nyawa Sibaroar, yang belum berdosa itu.
Setelah berfikir beberapa hari lamanya Sutan Pulungan mendapat akal, tetapi saying maksudnya tidak dikabulkan oleh Debata (Tuhan), malah sebaliknya membuat bencana bagi kerajaan itu. Mungkin karena kezalimannya Debata ingin memperlihatkan kekuasaan-Nya bagi orang orang yang berfikir,bersambung……..
Dalam buku “Sibulus-Bulus Sirumbuk-Rumbuk” tersebut Willem Iskandar bercerita bahwa jauh sebelum berdiri Istana Mangaraja Enda Nasution di Panyabungan Julu tatkala daerah Panyabungan masih hutan belantara, telah berdiri Istana Sutan Pulungan di Huta Bargot (Keturunan ke-V dari Namora Pande Bosi). Pada suatu hari pergilah Sutan Pulungan bersama doli-doli undangan podang (hulubalang) berburu rusa ke tengah hutan dengan membawa anjing kesayangannya si Pamutung. Setibanya di hutan belantara terdengarlah suara anjing si Pamutung menyalak yang menandakan dia menemukan sesuatu. Pada saat itu terpikirlah dalam benak Sutan Pulungan akan mendapatkan rusa yang besar. Ternyata setelah Sutan Pulungan mengikuti suara anjing tersebut ke arah pohon beringin yang rindang lagi besar, ternyata bukannya seekor rusa yang dia dapatkan, tetapi adalah seorang wanita cantik. Sejenak Sutan Pulungan tertegun wanita tersebut bergegas lari dari bawah pohon beringin itu dan seketika itu juga wanita tersebut menghilang dari pandangan mata. Kemudian Sutan Pulungan memerintahkan doli-doli undangan podang t memeriksa sekeliling pohon beringin itu. Alangkah terperanjatnya mereka, dibawah pohon rindang terbaring seorang bayi laki-laki mungil dan cantik di atas batu besar. Mereka ahkirnya pulang dan membawa anak tersebut dan dititipkan kepada seorang perempuan tua bernama si Saua, pembantu Sang Raja. Apabila si Saua pergi ke sawah atau ke tepian, maka si Saua meletakkannya di kamar kecil di kolong rumah Istana Sutan Pulungan, berdekatan dengan kandang anjing kesayangan raja si Pamutung.Kolong rumah dalam bahasa Mandailing kuno disebut dengan “baroar” Maka bayi kecil mungil tadi, karena tempatnya di bawah kolong, lama kelamaan dinamai oranglah si “Baroar”
Setelah anak tersebut berumur kurang lebih 4 (empat) tahun badannyapun tumbuh dan bekembang dan tampan, sebagaimana anak-anak lainnya. Bahkan anehnya, mirip pula dengan putra Sutan Pulungan yang berkebetulan sebaya dengannya. Tubuhnya yang gempal, wajahnya yang tampan serta penampilannya yang ramah dan sopan sehingga rakyat kerajaan Huta Bargot sering terkecoh. Orang banyak mengira Sibaroar adalah putera dari Sutan Pulungan, dan banyak pula yang menegurnya dengan panggilan hormat “Janami” (Yang Mulia). Mendengar panggilan tersebut Sutan Pulungan merasa tidak enak, seakan-akan Sibaroar yang didapat di hutan belantara itu adalah anak kandungnya. Hingga suatu saat, karena sering mendapat laporan dari para hulubalangnya tentang kebaikan hati dan penghormatan rakyat akan Sibaoar, terbitlah niat yang tidak baik Sutan Pulungan untuk melenyapkan nyawa Sibaroar, yang belum berdosa itu.
Setelah berfikir beberapa hari lamanya Sutan Pulungan mendapat akal, tetapi saying maksudnya tidak dikabulkan oleh Debata (Tuhan), malah sebaliknya membuat bencana bagi kerajaan itu. Mungkin karena kezalimannya Debata ingin memperlihatkan kekuasaan-Nya bagi orang orang yang berfikir,bersambung……..